Cara Ternak Belut untuk Pemula Agar Menghasilkan Belut Kualitas Terbaik

Ternak Belut – Kita tahu, Belut merupakan salah satu jenis kelompok ikan air tawar yang dapat hidup di tempat yang memiliki sedikit air dan berlumpur. Ada dua jenis belut yang biasa dibudidayakan yaitu belut sawah dan belut air.

Perbedaan mendasar dari kedua jenis belut tersebut yaitu bentuk tubuhnya. Ketika hendak melakukan ternak belut hal yang perlu diperhatikan yaitu pembibitan dan pembesaran hingga belut siap untuk dipanen.

Tempat Ternak Belut

tempat ternak belut

Sempat disinggung sebelumnya jika belut merupakan salah satu jenis kelompok ikan air tawar yang dapat hidup di tempat yang memiliki sedikit air dan berlumpur.

Meskipun demikian, tempat hidup sangat mempengaruhi kualitas belut yang didapat. Hal pertama yang harus dilakukan ketika hendak ternak belut yaitu memilih tempat yang digunakan sebagai sarana budidaya. Adapun tempat yang dapat digunakan yaitu.

1. Kolam Terpal

Tempat budidaya belut yang satu ini cukup sederhana karena hanya menggunakan terpal yang dibuat mengerucut ke tengah. Pembuatan kolam seperti ini bertujuan untuk memudahkan pembersihan kolam ketika air kolam sudah kotor dan lendir belut sudah menumpuk.

Jumlah belut yang ideal adalah 50 – 100 ekor per meter perseginya sehingga panjang terpal yang digunakan harus disesuaikan dengan jumlah belut.

2. Tong atau Drum Budidaya

Selain menggunakan terpal, tong atau drum juga dapat digunakan sebagai tempat budidaya. Sebelum digunakan, tong atau drum harus dibersihkan terlebih dahulu terutama bagian dalamnya dan dibuat lubang memanjang serta saluran pembuangan di bawahnya. Kemudian tong atau drum tersebut diletakkan di tanah datar yang tidak langsung terkena sinar matahari agar belut tidak kepanasan.

3. Kolam Tembok atau Bak Semen

Tempat budidaya yang satu ini termasuk ke dalam sarana permanen karena memiliki umur ekonomis ±5 tahun dan relatif lebih kuat dibandingkan tempat semi permanen. Meskipun harus mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk tempat budidaya, kolam tembok merupakan tempat budidaya yang paling banyak digunakan. Ketika menggunakan kolam tembok sebagai sarana budidaya, buatlah center drain yang merupakan sistem pembuangan kotoran.

4. Bak Fiber

Selain bak semen, bak fiber juga dapat digunakan sebagai sarana budidaya belut. Biaya yang dikeluarkan pun relatif lebih mahal dibandingkan bak semen. Tentunya hal ini menyebabkan penggunaan bak fiber kurang diminati meskipun banyak keunggulan yang akan didapat.

Berdasarkan sarana budidaya yang digunakan, ternak belut dapat dilakukan dalam kolam permanen maupun semi permanen. Kolam permanen merupakan tempat budidaya yang memiliki umur ekonomis relatif lebih lama dan jauh lebih kuat seperti kolam sawah, kolam tanah, dan kolam tembok.

Sedangkan kolam semi permanen merupakan tempat budidaya yang memiliki umur ekonomis yang singkat dan tidak kuat seperti drum, tong, kolam terpal, kontainer plastik, maupun jaring.

Cara Ternak Belut

ternak belut

Saat hendak melakukan budidaya belut hal yang perlu dilakukan adalah mengerti caranya agar dapat menghasilkan belut dengan kualitas baik. Setidaknya ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu ketika hendak melakukan pembibitan dan pembesaran.

Pembibitan merupakan cara yang dilakukan untuk menghasilkan anakan belut yang kemudian dibesarkan hingga ukuran siap konsumsi.

1. Memilih Bibit Belut

Bibit belut yang hendak digunakan haruslah dalam keadaan yang baik. Ada dua cara yang biasa digunakan untuk mendapatkan bibit belut yaitu dari hasil tangkapan ataupun hasil budidaya. Tentunya bibit yang didapat dari kedua cara tersebut memiliki keunggulan dan kekurangannya masing-masing.

Bibit belut yang diperoleh dari hasil tangkapan biasanya memiliki ukuran yang tidak seragam dan bibit belut yang didapat kemungkinan besar memiliki trauma akibat penangkapan.

Namun, rasanya akan jauh lebih gurih dengan harga jual yang tinggi. Beda halnya dengan bibit hasil budidaya yang memiliki harga jual rendah meskipun memiliki daya tumbuh yang relatif sama dan seragam.

Bibit hasil budidaya didapat dari pemijahan alami antara belut jantan dan betina sehingga menghasilkan ukuran bibit yang lebih seragam dan kontinuitasnya terjamin. Kriteria bibit yang digunakan harus memiliki ukuran yang seragam untuk memudahkan pemeliharaan. Selain itu, bibit harus bebas dari penyakit, tidak loyo, tidak cacat ataupun luka.

Untuk budidaya belut sendiri biasanya menggunakan bibit belut yang ukurannya tidak terlalu kecil dan harus memiliki panjang 10 -12 cm. Agar belut siap untuk dikonsumsi, pemeliharaan biasanya berlangsung selama 3 – 4 bulan. Namun jika belut dijual di pasar ekspor, waktu pemeliharaannya bisa mencapai ±6 bulan agar ukurannya lebih besar.

2. Menyiapkan Kolam Yang Akan Digunakan

Ada banyak jenis kolam budidaya yang dapat digunakan baik itu kolam permanen maupun kolam semi permanen. Karena keunggulan yang dimilikinya, kolam permanen khususnya kolam semen banyak diminati oleh peternak belut. Selain umur ekonomisnya yang relatif lebih lama, kolam yang terbuat dari tembok pastinya jauh lebih kuat dan kokoh.

Ketika hendak melakukan budidaya di kolam tembok tentunya bentuk dan luas kolam harus disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan ruangan. Tembok yang dibuat bisa memiliki tinggi 1 – 1,25 meter dengan adanya pipa besar sebagai lubang pengeluaran untuk memudahkan penggantian media tumbuh.

Jika kolam tembok yang digunakan masih dalam keadaan baru, sebaiknya kolam terlebih dahulu dikeringkan selama beberapa minggu sebelum digunakan. Lalu rendam kolam dengan menggunakan air yang ditambah daun pisang, pelepah pisang, ataupun serabut kelapa. Untuk menghilangkan bau semen, lakukan pencucian minimal tiga kali.

3. Menyiapkan Media Tumbuh

Karena belut tumbuh di perairan berlumpur maka ketika hendak membudidayakannya, haruslah juga disiapkan media tumbuhnya agar belut dapat tumbuh dengan baik. Media tumbuh dapat dibuat dari campuran lumpur sawah, humus, kompos, pupuk kandang, dedak, pelepah pisang, jerami padi, sekam padi, tanaman air, dan mikroba dekomposer.

  • Letakkan jerami padi yang telah dirajang di dasar kolam yang sebelumnya telah dibersihkan dan dikeringkan. Jerami yang diletakkan di dasar kolam haruslah setebal ±20 cm
  • Di atas lapisan jerami padi letakkan pelepah pisang yang telah dirajang
  • Kemudian masukkan campuran kompos, pupuk kandang, serta humus setebal 20-25 cm
  • Lapisan media tumbuh yang telah disiapkan disiram dengan mikroba dekomposer misalnya larutan EM4
  • Setelah disiram, media tumbuh tersebut ditimbun dengan lumpur sawah setebal 10 – 15 cm dan dibiarkan 1 -2 minggu agar dapat terfermentasi sempurna
  • Untuk membersihkan racun, alirkan air bersih ke dalam media tumbuh selama 3 – 4 hari
  • Genangi media tumbuh menggunakan air bersih dengan kedalaman air 5 cm dari permukaan. Media tumbuh yang akan didapatkan setebal ±60 cm

4. Menebar Bibit Belut

Karena dapat dibudidayakan dengan kepadatan tinggi, untuk setiap meter kolamnya dapat ditebar bibit belut yang memiliki panjang 10 – 12 cm berkisar 50 -100 ekor/m2. Penebaran bibit dilakukan pada pagi atau sore hari agar bibit yang ditebar tidak stress. Bibit belut hasil tangkapan harus dikarantina terlebih dahulu selama 1 – 2 hari di air bersih yang mengalir.

Saat bibit sudah di dalam kolam, aturlah sirkulasi air agar tidak terlalu deras. Selain itu, kedalaman air juga perlu diatur karena dapat mempengaruhi belut yang dihasilkan. Jika terlalu dalam belut yang dihasilkan akan lebih kurus karena belut akan lebih banyak bergerak ketika hendak mengambil oksigen dari permukaan.

5. Memberi Pakan Belut

Karena merupakan hewan yang rakus, kesalahan dalam memberi pakan dapat berakibat fatal salah satunya yaitu belut akan saling makan satu sama lain. Oleh sebab itu, takaran pakan harus disesuaikan dengan populasi belut dan bobot tubuhnya. Jumlah pakan yang biasa diperlukan belut yaitu 5 – 20% dari bobot tubuhnya.

Populasi belut 10 kg biasanya memerlukan bobot pakan 0,5 kg untuk belut berumur 0 – 1 bulan, 1 kg untuk belut berumur 1 – 2 bulan, 1,5 kg untuk belut berumur 2 – 3 bulan, dan 2 kg untuk belut berumur 3 – 4 bulan. Pakan yang digunakan bisa berupa pakan mati atau pakan hidup seperti cacing.

Untuk belut kecil dapat diberi pakan hidup berupa  cacing, kutu air, kecebong, larva ikan dan serangga. Pakan hidup berupa katang, ikan, serangga, bekicot, keong, ataupun belatung dapat diberikan kepada belut yang telah dewasa. Pemberian pakan dapat dilakukan 3 hari sekali pada saat sore ataupun malam hari.

Pelet, ikan rucah, bangkai ayam, cincangan bekicot ataupun cincangan kepiting yuyu merupakan beberapa jenis pakan mati yang dapat diberikan kepada belut. Sebelum diberikan ke belut, pakan mati sebaiknya direbus dulu. Pemberian pakan dapat dilakukan 1 – 2 kali setiap hari pada sore dan malam hari.

6. Memanen Belut

Terdapat dua cara memanen belut hasil budidaya yaitu panen total dan panen sebagian. Untuk panen sebagian, belut kecil akan dipisahkan dari belut dewasa yang dipanen untuk dipelihara kembali. Sedangkan pemanenan total dilakukan pada budidaya belut intensif sehingga menghasilkan belut dengan ukuran yang lebih seragam.

Tidak ada ketentuan khusus mengenai ukuran belut yang siap untuk dikonsumsi. Namun biasanya belut yang akan dijual di pasar domestik akan dipelihara 3 – 4 bulan dan belut yang dijual di pasar ekspor akan dipelihara 3 – 6 bulan terhitung sejak bibit ditebar. Hal ini dikarenakan belut yang dijual di pasar ekspor menghendaki belut dengan ukuran besar.

Pakan Alternatif Belut

Faktor penting untuk meningkatkan dan mempercepat pertumbuhan belut budidaya yaitu dengan menjaga kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan. Biasanya pakan alami seperti ikan kecil dalam kolam digunakan sebagai cadangan ketika terjadi kekurangan pakan agar belut tidak saling makan. Berikut beberapa jenis pakan alternatif yang dapat diberikan kepada belut.

  1. Cacing tanah merupakan alternatif pakan belut yang mudah untuk didapatkan. Selain mudah untuk didapatkan, cacing tanah kaya akan protein sehingga cocok untuk dijadikan pakan alami belut
  2. Bekicot merupakan hewan sejenis siput yang hidup di darat serta mudah untuk didapatkan. Selain itu, kandungan gizi yang terkandung dalam bekicot dapat menunjang pertumbuhan belut
  3. Keong sawah merupakan alternatif pakan belut lainnya yang dapat dengan mudah diperoleh di sungai, sawai, ataupun rawa-rawa
  4. Cacing sutra sangat baik untuk dijadikan pakan belut karena kandungan gizi yang terkandung di dalamnya
  5. Kepiting air tawar atau yuyu merupakan pakan yang dapat menambah nafsu makan belut dan bisa diperoleh di sekitar perairan air tawar
  6. Belatung merupakan alternatif pakan belut lainnya yang dapat diberikan kepada belut yang dibudidaya. Selain mudah untuk didapat, belatung juga dapat dibudidayakan. Namun, perlu berhati-hati saat melakukan budidayanya karena dapat mempengaruhi kesehatan
  7. Limbah organik berupa nasi basi yang dicampur dengan pelet, suplemen, dan tetas gula yang dapat menjadi alternatif pakan belut
  8. Pasta merupakan pakan buatan yang dibuat dari campuran daging, pelet ikan, dan tepung tapioka yang dihaluskan serta dipercaya dapat mempercepat pertumbuhan belut yang dibudidaya. Karena mudah rusak, pasta harus segera diberikan kepada belut dengan cara menaruhnya di para-para atau wadah pakan

Demikianlah informasi mengenai ternak belut yang perlu diketahui mulai dari tempat budidaya, cara ternak belut, hingga pakan apa saja yang bisa diberikan. Agar menghasilkan belut kualitas baik hal yang perlu diperhatikan adalah pemilihan bibit serta pemeliharaannya. Selama pemeliharaan perlu diperhatikan pula kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan.