Guru Wilangan: Membawa Warisan Sastra Jawa ke Era Modern

Hello Sobat Ilyas, kali ini kita akan membahas tentang seorang tokoh yang mungkin belum banyak dikenal oleh masyarakat umum, yaitu guru wilangan. Apa itu guru wilangan? Secara harfiah, wilangan berarti “tanda” atau “angka” dalam bahasa Jawa. Namun, dalam konteks sastra Jawa, wilangan merujuk pada metode penulisan puisi yang menggunakan aturan-aturan tertentu.

Sejarah Guru Wilangan

Guru wilangan lahir dari tradisi sastra Jawa klasik yang telah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Puisi-puisi dalam sastra Jawa klasik umumnya ditulis dengan menggunakan aturan-aturan tertentu, seperti jumlah baris, jumlah suku kata, dan pola rima. Namun, aturan-aturan ini seringkali sulit dipahami oleh pembaca yang tidak terbiasa dengan sastra Jawa.

Maka, pada awal abad ke-20, munculah tokoh-tokoh sastra Jawa yang mencoba merumuskan aturan-aturan penulisan puisi Jawa secara lebih sistematis. Salah satu tokoh yang terkenal dalam bidang ini adalah R.Ng. Ronggowarsito, seorang sastrawan Jawa yang aktif pada abad ke-19.

Aturan-aturan penulisan puisi Jawa yang disusun oleh Ronggowarsito kemudian dikembangkan oleh para pengarang dan penyair Jawa pada masa selanjutnya. Pada akhirnya, munculah tokoh-tokoh yang diakui sebagai guru wilangan, yaitu orang-orang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus dalam menulis puisi dengan aturan wilangan.

Karakteristik Puisi Wilangan

Salah satu ciri khas dari puisi wilangan adalah penggunaan angka sebagai dasar penulisan. Dalam puisi wilangan, setiap baris terdiri dari jumlah suku kata yang sama, yang ditentukan oleh angka tertentu. Angka tersebut bisa berupa bilangan bulat maupun pecahan.

Contohnya, dalam wilangan yang menggunakan angka 7, setiap barisnya terdiri dari 7 suku kata. Sedangkan dalam wilangan yang menggunakan angka 3, setiap barisnya terdiri dari 3 suku kata. Aturan-aturan ini membuat puisi wilangan memiliki pola yang teratur dan mudah diingat.

Di samping itu, puisi wilangan juga sering menggunakan rima akhir, meskipun tidak selalu. Ada beberapa jenis wilangan yang tidak menggunakan rima, seperti wilangan bebas dan wilangan tanpa rima.

Pengaruh Guru Wilangan pada Sastra Jawa Modern

Meskipun metode penulisan puisi wilangan sudah ada sejak lama, namun pengaruhnya masih terasa hingga saat ini. Banyak penyair dan pengarang Jawa modern yang masih menggunakan aturan-aturan wilangan dalam menulis puisi mereka.

Bahkan, beberapa karya sastra Jawa modern yang terkenal, seperti “Duka Sedudo” karya R.M. Tirto Adhi Soerjo dan “Ronggeng Dukuh Paruk” karya Ahmad Tohari, menggunakan pola wilangan dalam penulisannya. Hal ini menunjukkan bahwa metode penulisan wilangan masih relevan dan memiliki daya tarik tersendiri bagi pembaca sastra Jawa.

Peran Guru Wilangan dalam Melestarikan Sastra Jawa

Seperti yang kita ketahui, sastra Jawa adalah salah satu warisan budaya Indonesia yang kaya dan berharga. Namun, sayangnya, minat masyarakat terhadap sastra Jawa semakin menurun seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern.

Oleh karena itu, peran guru wilangan sangat penting dalam melestarikan sastra Jawa. Dengan mengajarkan aturan-aturan penulisan wilangan kepada generasi muda, guru wilangan dapat membantu mempertahankan budaya sastra Jawa agar tetap hidup dan berkembang.

Kesimpulan

Demikianlah artikel singkat tentang guru wilangan. Meskipun masih belum terkenal di kalangan masyarakat umum, namun peran guru wilangan dalam melestarikan sastra Jawa sangat penting. Dengan mengajarkan aturan-aturan penulisan wilangan kepada generasi muda, guru wilangan dapat membantu mempertahankan budaya sastra Jawa agar tetap hidup dan berkembang. Sampai jumpa kembali di artikel menarik lainnya!